Jumat, 26 Juli 2013

Sekeping hati

Rasa ini masih tertanam, rasa ini masih melekat.Rasaku tertahan disini. Sangat sulit untuk ku hapuskan.
Aku bertahan disini, bertahan menggenggam sekeping hati.....
Sekeping hati yang menyimpan berjuta kilau kemilaunya cahaya untuk membangkitkan kamu.
Walaupun kamu tak pernah bisa melihatnya. Kamu begitu samar. Kamu terlalu abu-abu.
Apa kamu tak pernah sadar akan putihnya hati yang selalu kau abaikan ini?
Aku  masih berdiri menatapmu. Sekeping hati yang akan selalu menunggumu pulang, yang selalu melantunkan doa dalam setiap langkahmu.  Sekeping hati yang tak pernah lelah mengharapkanmu......

Ya. Itu adalah sekeping hati. Sekeping hati yang aku persembahkan untuknya. Sekeping hati yang diam-diam aku pendam untuk seorang lelaki. Sekeping hati yang selalu terabaikan tanpa pernah diketahui oleh pencurinya. Sekeping hati milik sahabatku, Andrian. Enam tahun kita telah lalui bersama sebagai seorang  sahabat. Dan kini aku ingin ungkapkan semua. Aku hanya ingin dia tau bahwa aku begitu mencintainya..........

                                               **********************************

"Bang Andrian! ngelamun aja lo! Kesambet arwah apa lo cengar-cengir sendiri gitu bang?"  Alan meneguk sebotol minuman bersoda.
"Eh elo de. Biasa de, gue lagi mandangin  foto bidadari nih, liat de cantik ga pacar abang lo?" Andrian mengarahkan pandangannya pada bingkai foto berwarna cokelat tua di genggaman tangannya.
"Hahaha, Amanda? Lo berharap jadi Jaka Tarubnya bang? Ngimpi lo bang! Jangan tinggi-tinggi bang  nanti kalo jatuh sakit!" Ucap Alan menertawakan kaka semata wayangnya itu.
"Brengsek lo de!"Alan mendorong kepala adiknya. Hhhh.. kakanya lagi poling in lop bukannya didukung gitu kek" Ahhh! bodo amat pokonya. Abang lo bakal persembahkan cinta abang ini  untuk eneng Amanda tercinta " mata Andrian begitu berbinar memandangi cewek popular itu.
"Ah serah lo deh bang, freak lo bang. Hahaha" Alan menggelengkan kepala.

Ya, Amanda memanglah cewek yang popular. Popular dan berasal dari kalangan yang berada. Rambutnya lurus panjang hitam dan lebat. Bola matanya yang berwarna cokelat muda membuat daya tarik tersendiri diantara anggota tubuhnya yang lain. Ia sangat pintar dan memukau. Ku akui, ia begitu mempesona. Banyak lelaki yang kagum pada keindahan rupanya.  Tapi aku sangat membenci dia. Ia terlalu angkuh dan sombong. Ia selalu menindas kaum yang lemah di sekolahku ini. Ia merasa dirinya seperti seorang ratu!

Namaku Mentari  Wardhani Sastrowardoyo. Ibuku memberi nama belakangku 'Sastrowardoyo' karena ibuku sangat menyukai salah seorang artis papan atas di Indonesia. Hahaha. Sangat konyol menurutku. Aku mempunyai seorang sahabat. Andrian Natawiredja. Aku dan dia bersahabat sejak kecil, kami tinggal di satu komplek dan rumah kami berdekatan. Entah mengapa, akhir-akhir ini aku merasa sangat berbeda ketika aku menatap Andrian.  Aku merasa sangat nyaman ketika ia merangkul pundakku. Dan perasaan itu selalu muncul ketika aku bersamanya. Walaupun aku tau, perasaan ini tak akan berbalas. Hatinya telah ia labuhkan untuk  Amanda. Orang yang ku rasa sangat tidak pantas untuknya. Dan aku tidak ingin menghancurkan persahabatan ini, aku tidak ingin kehilangan dia.

Aku tau Amanda memang sangat berbeda dengan seorang Mentari. Aku hanyalah seorang  gadis cupu, kutu buku dan tak ada yang menarik di mata Andrian. Hahahaha. Andrian hanya menganggapku  sebagai seorang sahabat. Ya, seorang sahabat :) Terlebih aku tak bisa berdandan seperti Amanda. Penampilanku selalu apa adanya. Perlengkapan cewe pun aku tak punya. Aku tidak fashionable seperti dia.Aku pun tidak secantik dia.

                                               ***************************************

Malam ini udara sangat sejuk. Seperti biasa Andrian selalu mengajakku untuk jalan keluar, menikmati angin malam di Kota Pelajar ini. Kadang kami bercengkrama di tempat makan lesehan yang dipenuhi oleh musisi jalanan.
"Mentari,  besok balik sekolah anterin gue yuk?" Ucap Andrian sumringah.
"Anterin lo? Kkke-ma-na gitu?" Ucapku terbata-bata. Mataku sama sekali tak ingin menatap matanya itu. Aku hanya  memainkan sendok dan menatap hidangan favoritku Oseng-oseng Merecon yang berada di hadapan kami.
"Gue mau beli bunga Lily putih."
"Lily putih?" Yes. Gumamku dalam hati.  Pasti ia akan memberikannya untukku.
"Hmmm buat siapa Yan?" '
"Ya buat Amanda lah Tar, masa buat cewe tomboy kaya lo? Hahaha.

"Lo kenapa sih Tar? Aneh banget lo. Lo sakit?" Andrian menyentuh keningku.
"Eeengg-ga!" dengan cepat ku dorong tangannya yg sedang berada tepat di keningku.
"Tar? Loh ko lo aneh gitu?Lo marah sama gue?" Andrian tampak mengerutkan dahi.
  Aku berdiri dan tak menghiraukan ucapannya.
"Yan, lo bisa anter gue balik ga? Gue gaenak badan." ucapku seraya tertunduk.
"Tar sorry kalo tau lo sakit gue ga akan ngajak lo keluar malem-malem gini" ia memasangkan jaket biru nya ke tubuhku.
"Yan please! udah deh lo ga perlu perhatian gini deh sama gue. Stop yan!"
"Loh kenapa Tar? Kita kan udah lama sahabatan??"
                                          
                                                   **************************************
To be Continued.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar